slogan

Nyatakan Hadirmu dengan Kreasi, Wujudkan Lewat Cita dan Cinta

3.25.2008

Persepsi In April 12-2008


ketika semuanya tenggelam dalam kecepatan waktu dan realitas semu yang entah siapa bisa menghentikannya..PERSESI..hadir mengabstraksikan kehidupan. bentuknya sebagai sebuah cicipan yang sederhana, dan siapapun bisa berpatisipasi menggumulinya. Tema kali ini kami mengangkat "PEREMPUAN" dari setiap sisinya. Pahit, manis, ataupun tanpa rasa mudah-mudahan bisa menjadi mimpi buruk untuk kita semua..

3.22.2008

bahwa darah menjadi pertautan rugi, bahwa suci tak pernah ternodai
biarlah demi sang penguasa, rela binasa teraniaya harta
sisa-sisa keadilan telah habis dibeli

3.09.2008

Profil TKU

“NYATAKAN HADIRMU DENGAN KREASI,
WUJUDKAN LEWAT CITA DAN CINTA”
TEATER KAMPUS UNHAS
Sejarah Singkat ;
Dibeberapa kelompok mahasiswa yang sedang “mabuk kreatifitas” dan sangat bersemangat yang tidak memiliki wadah untuk mengekspresikan dirinya, menjadi cikal bakal berdirinya Teater Kampus Unhas (TKU) dibawah naungan Unit Kegiatan Mahasiswa pada tahun 1978, yang menghimpun mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dari lingkup UNHAS, ketika itu mendesak.Pada masa itu Teater Kampus Unhas telah mementaskan :
DOM, Karya Harry Irawan, Sutradara Yusuf Noer, 1978
SSST, Karya Ikranegara, Sutradara Fahmi Syarif, 1982
ORANG GILA DI ATAS ATAP, Karya Kikuchi Khan (adaptadi Kadir Anshari), Sutradara Ridwan Effendi, 1982
INTEROGASI, Karya Arifin C. Noer, Sutradara Yudisthira Sukatanya, 1985
ORANG-ORANG MALAM, karya Putu Wijaya, sutradara Baso Natsir, 1987
MEGA-MEGA, karya Arifin C. Noer, Sutradara Basho Natsir, 1987
KAPAI-KAPAI, karya Arifin C. Noer, Sutradara Ridwan Effendy, 1988
Kevakuman dalam tubuh suatu organisasi mahasiswa yang notabene hanya berpijak pada azas kekeluargaan dan kebersamaan seperti TKU, pun tak dapat dihindari, dimana torehan “sejarah kelam” ditahun 1985 dan 1992, merupakan “memory indah” yang telah dikubur mati. Kini, setelah bangun dari tidur panjangnya 12 Desember 1998, rejntetan karya pun ditampilkannya ditengah warna kesenian kampus, khususnya teater, ketika itu memudar. Pemberontakan nurani dalam kemasan kreativitas merupakan karateristik yang kerap mendominasi dalam tiap perwujudan ekspresinya.
Selain pengekspresian di atas panggung gedung pertunjukkan, pentas theatrical jalanan juga kerap di gelarnya, bahkan pentas di atas gunung yang penontonnya melebihi jumlah dalam suatu gedung mewah, pun pernah dilakoninya.
Tinta emas pun pernah ditorehkannya dalam sejarah teater kampus Indonesia pada gawe “ Festival Teater Mahasiswa Nasional” (FESTAMASIO) tahun 2001 lalu di samararinda pasca bangkit dari matisurinya, selain prestasi-prestasi lain yang juga pernah diukirnya. Penobatan sebagai Penata Artistik Terbaik dan pemyaji terbaik II ketika itu seolah menjadi tantangan untuk terus berkarya, berkarya, dan berkarya……..dalam wujud apaun, dan tetap eksis di panggung bebas ekspresi.
“dan kini…., ia, bahkan juga kita, mereka, ataupun anda, hadir untuk menunjukkan bahwa kesenian(baca : seni) tak dapat dipisahkan dari kehidupan dimana masyarakat yang merupakan bagian dari kehidupan, tentu…tak dapat pula terpisahkan dengan dunia mahasiswa”
Rentetan karya yang lahir dari tanggan kreatif Teater Kampus Unhas dalam rentan waktu 1998-2007 :
Monolog AENG, naskah/Sutradara : Putu Wijaya/Saharuddin Ridwan & Amri Gallang, Makassar, Nopember 1999
DILARANG MENYANYI DIKAMAR MANDI, Adaptasi cerpen Seno Gumira Ajidarma, Fail, Makassar, Agustus 2000
PLIN-PLIN PLAN-PLAN, Fail, Makassar Nopember 2000
Pentas Jalanan NEGERIKU DALAM CERMIN, makassar Meio 2001
ZAGZAG, Al Ilham R.Rachomy, Kaltim, Juli 2001
KUM atawa Bibit Unggul Zaman Akhir, Al Ilham R.Rachomy, Makassar, September 2001
ANTRHAX, Adaptasi Naskah karya KS. Goodman Lawan Catur, Fail, Makassar, Nopember 2001
Pentas Jalanan Teatrical MANUSIA LUMPUR (menggugat kenaikan BBM fase I), Makassar, January 2002
Pentas Jalanan Teatrical ANGKOT MURAH (menggugat kenaikan BBM fase II), Makassar, February 2002
Happening Art KOK-KO-TE…..K atawa jangan marah, Makassar, Maret 2002
PENTAS SENI TRADISIONAL KONJO(PESTA KONJO) Wisata Alam Gunung Pattontongang, Kab. Sinjai, Juni 2002
TAK… Rudy Tongan, Kalsel, Oktober 2006
Happening Art AYAM JANTAN PETELUR DARI TIMUR atawa KAMPUS UNEVERSITAS NEGERI SWASTA, Makassar, Oktober 2002
TEROR-IS…?, Rudy Tongan, Bali, Maret 2003
NYONYA AOI, Yukio Mishima/Asfriyanto, Makassar, Februari 2003.
CERMIN AIR, Fail/Fahmi Husain, Makassar, Februari 2003.
Monolog APAKAH KI
TA SUDAH MERDEKA
, Putu Wijaya/Zuhdy Al-Bugisy, Bandung, Maret 2003.
Pentas Jalanan Teatrikal PERANG BADUT, Makassar, April 2003.
DOR-DOR, Asfriyanto, Makassar, Maret 2004.
Visualisasi Puisi TUNGGU HAMPA, Zuhdy Al-Bugisi, Makassar, Maret 2004.
NABI KEMBAR, Slawomier Mrozeck/Rudi Tongan, Makassar, Maret 2004.
PELANGI DUA WARNA, Fail/Rudi Tongan, Kaltim, Februari 2005.
LAKON SEBUAH NEGERI, Hendra Cipta/Olank Sukardi, Makassar Februari 2005
PELANGI, Nano Riantiarno/Rudi Tongan, Jogjakarta, September 2005.
Pentas Jalanan Teatrikal YAHUKIMO MENANGIS (Aksi Solidaritas Atas Bencana Kelaparan di Papua), Makassar, Desember 2005.
PUA-PUA DEDE’ Naskah/Sutradara, Fail, pada PAGELARAN SENI TRADISIONAL “BUGIS MAKASSAR DAN TEMU BUDAYA BATAM-SINGAPURA, April 2006
Teater Jalanan Solidaritas Bencana JOGJA & JATENG “Makassar Peduli” Makassar, Mei- Juni 2006
Teater Jalanan Solidaritas Bencana Sinjai “MANUSIA ARUS”, Makassar, Juni 2006
Teater Jalanan PESTA PAYUNG (aksi menggugat pemerintah pada peringatan lahirnya Reformasi)
Aksi memperingati HARDIKNAS, Makassar 2 Mei 2006
SIAPA PIMPIN SIAPA( Hartani yahya, Banjarmasin Maret 2006)
PESTA LAKON (Baruga AP. Petta Rani Makassar November 2006)
Karaeng Panassuang (Karya/Sutradara OlanK Sukardi, Makssar 2007)
Presiden (Karya/Sutradara GSSTF Bandung/ Opu Doel, Makssar 2007)
Wah...! (Karya/Sutradara Noecil, TTMN V Malang 2007)
Mappadendang (Karya/Sutradara Fahmi Husain, Pulau Lesung Danau Unhas Makassar 2007)
Tau atau Tau – Tau (Karya/Sutradara A. Arafat, Pagelaran Seni Makassar – Gorontalo 2008)
Nakhoda Teater Kampus Unhas :
Semenjak bangkit dari”tidur panjangnya”, di akhir tahun 1998, Teater Kampus Unhas telah dinakhodai oleh beberapa orang, yaitu:
Alm. Amri Gallang (1998/1999-1999/2000)
Fail (2000/2001-2001/2002)
A.Arniati Fatma (Februari-Mei 2002)
Muh. Zuhdy hamzah (2002/2003)
Rudy Tongan (2003/2004)
Zaenury Bunyansyah (2004/2005)
Andi Arafat (2005/2006)
Abdullah (2006/2007)
A. Nursyamsiah (2007- sekarang)
Penghargaan yang diraih :
*Juara Umum I pada Festival Teater Antar Grup di Kabupaten Jeneponto, Sul-Sel, 2000.
*Aktor terbaik (Muhammad Ridwan) dan Nominasi Pembantu Pria (Hartono) pada festival Teater Mahasiswa Indonesia Sulawesi Selatan (FTMI), Makassar, 2000.
*Juara I pada Lomba Cipta Baca Puisi Sulawesi Selatan (Asfriyanto) oleh Ikatan Mahasiswa sastra Indonesia Unhas,2001.
*Penata Artistik terbaik (Fail) dan Penyaji Terbaik II pada Festival teater Mahasiswa Nasional (FESTAMASIO I), Samarinda, Kal-Tim, 2001.
*Aktris pembantu terbaik (Sri Nurhidayah UB) dan nominasi aktor terbaik (Darwis) pada festival teater mahasiswa nasional (FESTAMASIO III) jogjakarta September 2005
Suatu catatan penting, walaupun tidak menggebu-gebu Teater Kampus Unhas tetap saja diisi oleh mahasiswa yang secara kreatif melawan keterbatasannya. semoga ini akan abadi…. amin


3.05.2008


Innalillahi wa ina ilahi rajiun TEATER KAMPUS UNHAS mengucapkan turut belasungkawa atas kematian janji-janji kampanye SBY-JK 2004-2009
  • yahokimo 2005
  • Dg. Basse dan Bahir 2008
  • Raskin
  • Ketahanan Pangan 2010
Adalah kenyataan pahit yang harus kita telan mentah-mentah. Pengentasan kemiskinan yang menjadi janji utama kampenye ternyata justru pada hari ini berubah menjadi kematian orang-orang miskin lagi..lagi..dan lagi..entah sampai kapan..Dimanakah lagi kita akan menggantungkan harapan hidup sejahtera dan layak sebagai manusia, sementara terlalu mudahnya kematian itu muncul mengancam orang tua, saudara, kemenakan, tetangga, bahkan kita sendiri selamat jalan Dg. Basse dan Bahir kami menyusulmu..amin..

…setelah sebuah masa kehancuran datanglah titik balik.

Cahaya penuh daya yang dahulunya hilang kini bersinar kembali.

Segala sesuatu adalah gerak, namun bukan oleh tenaga…

Gerak itu alami, mengalir spontan. Karena itulah pergantian

menjadi mudah. Yang lama berakhir, yang baru terlahir.

Keduanya berlangsung dalam saat yang telah ditentukan,

karenanya tidak ada luka yang ditimbulkan.

-I Ching-

Tak terasa banyak hal yang telah berlalu pada satu tahun masa kepengurusan TKU, ibaratnya sebuah kapal yang tengah berlayar menembus gelombang yang tak tak henti-hentinya menghadapi pasang dan surut, dengan segala musim yang mempunyai ciri khasnya masing-masing dan yang mungkin hampir saja menenggelamkan kita semua. TKU kini telah melewati begitu banyak pelabuhan dan bandar dengan silih berganti nahkoda dan anak buah kapal. Sadar atau tidak sejarah telah mencatat perjalanan itu. Seperti layaknya sebuah pertunjukan teater, klimaks dari sebuah cerita bukanlah akhir dari segalanya tetapi bagimana kita mengambil berbagai pertanyaan yang timbul pada benak kita yang mungkin belum ada jawabannya sampai sekarang ini, dan mungkin bahkan menjadi jerawat yang tak henti-hentinya datang pada muka kita yang mulus. Secara kongkrit di setiap perjalanan yang dilalui itu haruslah mempunyai tujuan yang jelas. Dan pertanyaannya adalah, sudah sejauh mana perjalan TKU sekarang?

Tulisan ini tidak akan mengulas begitu banyak suka duka romantisme sejarah di setiap peralihan masa yang di lalui TKU, cukuplah masing-masing diri kita mencatatnya dalam hati menjadi pengayaan diri di mana nanti membuat kita jauh untuk berfikir bahkan membuat jawaban yang lebih dewasa dalam setiap pertanyaan hidup yang kelak akan kita hadapi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Tetapi tulisan ini akan lebih banyak mengupas tentang refleksi dari berbagai kebijakan dan mekanisme organisasi yang telah TKU lalui, dengan meretas kompleksitas dari konteks zaman yang akan di hadapinya dengan berbagai asumsi kritis yang diharapkan minimal menghasilkan wacana pada wilayah kognitif sampai stimuli pada prilaku organisasi nantinya.

Sebagai pengantar terhadap konteks kita berfikir dan sebagai kerangka perspektif, tak bisa di pungkiri bahwa TKU sama seperti organisasi intra Universitas lainnya adalah organisasi mahasiswa yang di dalamnya terdiri dari anggota dan dengan segala aktifitasnya bekerja bersama untuk kepentingan dan tujuan yang sama. Ini adalah sebuah pertanyaan dasariah yang nantinya menjadi bahan acuan dari berbagai pertanyaan yang akan muncul dalam tulisan ini.

TKU teater Protes, Sebuah realitas heroik (Akankah di pertahankan?)

Sebagai sebuah organisasi Intra Universitas Hasanuddin, yang tentu saja struktur organisasinya bermuara pada Lembaga Universitas, TKU tergolong organisasi yang cukup unik (Baca;Berani). Berbagai kegiatan yang mereka lakukan kadangkala menyentuh wilayah kebijakan pemerintah, bahkan bertentangan dengan kebijakan universitas sendiri. Inilah yang membuat Moch. Hasmy-Ketua TKU 1985 mengasumsikan bahwa TKU lahir sebagai Teater Proses-Teater Protes. Melihat lebih jauh lahirnya TKU kita mungkin tidak bisa lepas dari sebuah konteks masa, dimana pada saat itu perjuangan mahasiswa secara garis besar adalah perjuangan karakter jiwa mahasiswa yang kental dengan perjuangan kontrol sosial dan sebagai pembawa misi pembaharu. Dan teaterlah yang dipilih sebagai media perjuangan mereka pada saat itu. Hal inilah yang menjadi spirit dalam karya-karya yang dipentaskan TKU sampai beberapa tahun setelahnya. Berbagai pementasan jalananpun dilakukan sebagai jalur proses dan jalur protes baik itu menyangkut kebijakan pemerintah maupun kebijakan universitas.

Ada hal yang perlu kita sama-sama cermati adalah perjuangan itu tidak serta merta lahir sebagai spontanitas masa saja, yang kemudian dapat menghasilkan sebuah proses yang dapat menjadikan TKU sebagai organisasi yang sangat apresiatif. Tetapi bentuk pencarian itu tentu saja dilandasi atas pemenuhan kognisi, penguasaan wacana, bahkan sampai pada perdebatan filosofis sekalipun. Bergumul dengan buku adalah hal yang mutlak. Konklusi persepsi, dan penyatuan visi selalu diretas dalam ruang-ruang komunikasi yang tak mengenal ruang dan waktu, yang tak disangka lagi menyebabkan beberapa anggota TKU pada saat itu terpapar “candu” dan malas untuk menyelesaikan kuliah yang dianggap tak lagi bisa memenuhi dahaga pengetahuan untuk mereka.

Penulis disini tentunya tidak ingin menjebak kita dalam konstruksi masa yang menyebabkan budaya yang berbeda, tetapi ketika kita menelisik lebih jauh ke dalamnya, ada perubahan paradigma yang lebih besar mempengaruhi tatanan kehidupan sosial pada umumnya. Pergeseran yang besar pada masa transisi dimana modernisasi dianggap sebagai kunci jawaban dari kehidupan yang lebih luas. Hal ini menyebabkan kita larut dalam sebuah realitas baru seperti kemudahan, kenyamanan, kesenangan, identitas palsu. Modernisasi ini telah menyebabkan kita kehilangan realitas-realitas masa lalu beserta kearifan-kearifan yang ada di balik itu. Yang justru lebih berharga dalam membangun karakter jiwa sebagai manusia, seperti ; rasa kedalaman, rasa kebersamaan, rasa keindahan, semangat spritualitas, semangat moralitas, dan semangat komunitas. Dan pertanyaannya, apakah kita sudah sampai jauh tenggalam kepada pembentukan identitas palsu ini? Di mana rasa kesatuan itu tidak mempunyai makna apa-apa?membuat asosiasi-asosiasi (Conotation) atau tanda-tanda (Sign) yang cuma mengejar kulit ketimbang isi?atau ini semua adalah cuma pelarian untuk mencari identitas baru ?.

Mudah-mudahan pertanyaan tersebut diatas adalah sekedar asumsi dari sebuah kengerian dari laku peradaban zaman saja. Dan teater adalah sebuah jawaban nyata untuk mempelajari itu lebih dalam. rasa kedalaman, rasa kebersamaan, rasa keindahan, semangat spritualitas, semangat moralitas, dan semangat komunitas akan tercakup di dalamnya, ketika kita bergumul dengan sungguh-sungguh (berproses). Sebuah babak baru kita butuhkan, dengan semangat dan kecerdasan yang baru pula. Mungkin metode dari orang-orang tua kita terdahulu sudah uzur dan lapuk di makan oleh zaman tapi esensi mereka dalam perjuangan yang harus kita resapi lebih dalam. Hal yang paling kongkrit adalah mampukah kita meretas itu semua dalam jawaban kesadaran untuk belajar, berbuat dan bergerak bersama?dan jawabannya harus mampu. Karena jangan sampai kita terjebak justru jauh lebih dalam lagi, tanpa tahu apakah realitas yang yang kita jalani sesungguhnya. Dan apakah identitas ke”TKU”an kita sesungguhnya?...

Kualitas VS Kuantitas, Layakkah diperdebatkan?

Mungkin telah banyak pelajaran yang telah sama-sama kita lalui dalam menelorkan generasi baru di TKU. Mulai dari perjalanan awalnya ketika TKU masa lalu belum memikirkan untuk menerima anggota baru. Sampai pada pemikiran bahwa ternyata kehidupan organisasi sebagai fundamen dasar dari segala kegiatan yang berlangsung ternyata terlupakan. “Hidup segan, mati tak mau” berikut yang dikatakan asfriyanto adalah lebih pada kepedulian anggota TKU pada saat itu untuk melakukan re-generasi organisasi. Mungkin saja bentuk arogansi egosentris, atau bisa jadi terlalu menikmati aktualisasi mereka bermain “teater” yang menyebabkan kemunduran organisasi pada masa itu. Dan sebagai lompatan besar dari sebuah pelajaran berharga dari sejarahnya, ketika TKU mulai memikirkan untuk menerima anggota baru sebagai bentuk regenerasi.

Tapi ada satu hal yang kemudian bisa kita renungkan bersama adalah apakah dalam setiap kali prosesi penerimaan anggota baru TKU telah benar-benar siap untuk menjalankan setiap proses yang akan di lalui orang-orang yang baru ingin bergelut dalam dunia teater ini?Sudah mampukah kita memprediksikan hasil dari cetakan dari prosesi ini?. Pertanyaan ini tentu saja tidak semudah menyeduh indomie dengan air panas kemudian mengkonsumsinya(Baca;Instan). Tentu saja cara menjawabnya adalah penyiapan dari sebuah skenario yang besar. Tidak lagi berkutat pada kualitas ataukah kuantitaskah yang menjadi prioritas wacana awalnya, tetapi kedua hal tersebut adalah sangat baik ketika kita mampu untuk mengakumulasinya dalam serangkaian metode yang sistematik. Yang memepunyai kedalaman nilai yang lebih. Yang mampu membuat realitas (real bukan palsu) yang lebih kondusif dalam berproses. Dan bukan mengahasilkan kader yang mempunyai kesadaran “terberi”. Baik itu sadar dirinya sebagai insan organisasi, dan sebagai insan teater.

Sangat tidak memungkinkan metode ini berjalan apabila, serentetan pertanyaan tersebut diatas belum mampu kita jawab bersama. Pertanyaan dari sub-tema inipun akan kembali berputar. Dan ketakuatan kita bersama tentunya, apabila TKUpun akan miskin kualitas dan miskin kuantitas?!.

Akhir kata, tiada kata tidak bisa dalam berproses selama kita mau. Dan selamat untuk kepengurusan TKU yang baru. Tulisan ini tentu sangat sederhana untuk menjadi sebuah kado yang indah dalam sebuah kompleksitas ber”TKU” tapi mudah-mudahan bisa menjadi bahan wacana awal meretas cita-cita dan harapan kita nantinya. Sebuah koswekuensi logis dari kelahiran manusia menjadi khalifah, adalah menentukan jejak arah dunia..

Amy’ , 11 january 08...