(lagi-lagi dan lagi)
Indonesia kembali dilanda musibah alam di berbagai daerah pada waktu yang hampir bersamaan,
musibah alam yang tentunya tidak bisa kita hindari.
apalagi mencoba membuat argumentasi yang bertujuan untuk menyudutkan pihak-pihhak tertentu.
sebuah konsep sederhana dari perjalan proses alam=keseimbangan.
sebuah konsep yang mestinya telah mendarah daging pada diri kita masing2.
bahkan di beberapa musibah sebelumnya pun kita telah di bukakan cermin untuk slalu belajar dan belajar lagi dari alam, tapi toh hari ini di tengah2 pemberitaan yang semakin menyakitkan kita sebagai bangsa indonesia, kita masih belum mampu meretas konsep itu ke dalam sendi2 kehidupan kita.
kita masih saja terjebak oleh eksotika duniawi yang cenderung pada dominansi-dominansi kelompok atau individu.
sehingga segala tingkah laku sesama yang kelihatannya "menggiurkan" menjadi sasaran rame-rame dengan tujuan agar kita juga "kebagian".
dan bahkan di beberapa kondisi,kita malah mencari celah untuk menyudutkan sesama agar "lahan" yang menggiurkan bisa kita dominasi.
mungkin ada juga yang untuk sementr waktu meninggalkan pekerjaan agar bisa nimbrung mendapatkan bagian.
sehingga yang terjadi adalah "perebutan lahan" antar kelompok atau idividu-individu untuk sebuah tujuan=kepuasan.
lalu apa yang terjadi?
terjadi kebocoran-kebocoran di berbagai lahan yang diperebutka, lalu terjadilah ledakan dahsyat yang tentunya berdampak pada orang-orang di sekitar kita dan tentu saja pelaku-pelaku perebutan lahan itu sendiri.
perilaku iri hati ternyata masih sangat sulit untuk kita tinggalkan, sehingga kelihatannya tangan kita gatal kalau melihat seseorang atau sekolompok orang terlihat sukses di bidang A misalnya dan akhirnya perlahan-lahan kita juga ikut nimbrung untuk mencari "kesuksesan", berusaha untuk mendominasi dsb. sehingga di andaikan sebuah kapal, maka beratlah bagian yang terisi orang-orang dan sangat ringanlah bagian yang kita tinggalkan sehingga dengan mudah kapal itu tumbang.
di beberapa acara televisi misalnya, ketika yang satu me-lounching program baru, maka perlahan tapi pasti, yang lain akan mengikutinya dengan program "tak serupa tapi mirip".
sehingga hal tersebut yang tentu menjadi konsumsi publik, akhirnya tidak bervariasi, tidak ada keberagaman sajian yang tentunya juga keberagaman nilai yang tertanam, tidak SEIMBANG-lah apa yang seharusnya diseimbangkan.
sehingga apa yang terjadi hari ini? terjadi ledakan-ledakan besar seperti perilaku remaja dan atau anak-anak usia sekolah yang ke-BARAT2-an misalnya, pergaulan remaja yang sudah sangat jauh dari nilai-nilai budaya yang seharusnya, dan beberapa lagi ledakan lainnya yang kesemuanya adalah musibah besar yang tidak tampak oleh mata kita, dan tentunya tidak akan selesai dengan menyumbang pakaian bekas atau mengirimkan koin.
dan......
mari kita sama-sama bertanya!
apa yang mesti kita sumbangkan untuk musibah seperti ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar