slogan

Nyatakan Hadirmu dengan Kreasi, Wujudkan Lewat Cita dan Cinta

1.16.2023

Dari Festival Teater Mahasiswa TKU: Potret Suram Negeri Ini

dok tku

ARSIP TKU- "Ibu, jika kau besok 'ndak pulang burung beranjak di halaman tak berhenti bernyanyi. Angin menebar amis darah dari jalan-jalan dan kau membaca sebuah nama tiba akan dikabarkan hilang. Tak usah cemas dan jangan menangis."

Usai membaca surat, ibu yang kini tua renta mengerutkan keningnya, sebagai pertama ia sedang cemas memikirkan anaknya yang pergi bermain. Meski cemas, namun ia tetap merelakan anakanya bermain, karena permainan anaknya adalah sebuah kemuliaan.

Ia pun meneruskan sulamannya, meski sekitarnya suara-suara tembakan diiringi tangisan terdengar membahana mengisi telingannya yang kini tidak peka lagi. Ternyata penyebabnya tak lain karena sekelompok orang-orang berpakaian hijau berusaha mengusik ketenangan anak-anak yang bermain. Mereka sepertinya berusaha untuk membungkam suara-suara yang dinilai dapat mengganggu stabilitas permainannya.

Dalam pencariannya, ia tertidur pulas dan berusaha dibawa ke dalam mimpi. Tapi, tiba-tiba secara tidak disangka-sangka, sosok pating yang sedari tadi berdiri pada satu level bergerak menuju ke arah orang yang pernah mengusik dirinya.

Usaha mereka hanya sebatas mengganggu mereka dalam mimpi, karena ternyata ia telah menjadi mayat gentayangan yang mati secara tidak wajar. Orang I yang diperankan Hari Bahru ternyata mati tertembak di ujung barat negeri ini, sedangkan orang II yang diperankan Hadist Badawi mati tertembak ketik sedang 'bermain' di bawah jembatan (Semanggi, red), sedangkan Ahmadi yang memerankan orang III mati setelah sebelumnya hanyut di sebuah sungai di kota ini usai melaksanakan permainan.

Gambaran singkat naskah Suara-suara dari Kosaster Unhas yang dipentaskan, Minggu, (27/8) di Taman Budaya Sulsel salah satu contoh betapa dibutuhkannya kesadaran bagi semua pihak bahwa selama ini sudah banyak yang terjadi kekeliruan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab. Padahal, kalau di dalami secara mendalam, kita ini berasal dari satu ibu, ibu pertiwi. Namun, jima memang keduanya tidak dapat bersatu, maka pertentangan akan terus berlangsung. Terbukti di endung cerita, sutradara menghadirkan adegan dari dua kelompok yang saling berbeda. 

Dalam konteks sekarang ini, ternyata tema yang ditawarkan Kosaster sangatlah tepat apalagi tata musik yang komandoi Muslim sangat membantu pementasan. Apalagi, ketika grup teater Embrio Unismuh, menawarkan sebuah kegelapan yang membingungkan lewat karyanya bertajuk Negeri karya A Ansar Agus dan Sutradara Haslinda. Betapa tidak selama pertunjukan berlangsung, yang dirasakan pemainnya, adalah kegelapan dan kerisauan.

Bahkan penonton pun dipaksa untuk menonton dalam kegelapan. Sehingga, jadilah tontonan menjadi ajang kegelisahan. Kegelisahan pemain terhadap negeri yang kini semakin suram juga dialami penonton seperti tontonan yang sering kita lihat di televisi mengenai keadaan negeri. Jangan kegembiraan, deritas pun sudah tidak mendapat tempat lagi di negeri ini. (m2-m4/wik/b)

FAJAR, Selasa, 29 Agustus 2000

Tidak ada komentar: